Tradisi Harakiri Belum Sepenuhnya Terhapuskan
oleh ; Nurlaela
Harakiri atau tradisi bunuh diri yang berasal dari Negeri Sakura ini telah dikenal oleh bangsa lain. Hanya saja di negaranya, Harakiri lebih dikenal dengan sebutan Seppuku. Walaupun di Jepang sendiri istilah Harakiri dianggap sebagai istilah yang kasar.
Harakiri sebenarnya sudah resmi dihapuskan pada tahun 1873, segera setelah restorasi Meiji, tetapi Seppuku secara sukarela belum sepenuhnya mati. Harakiri dimaksudkan untuk memulihkan nama mereka atas kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat.
Dalam tradisi Jepang, harakiri tidak hanya milik para samurai, harakiri dilakukan oleh siapa saja untuk menjaga kehormatan keluarga atau jika seseorang telah merasa tidak kuasa untuk menanggung beban hidup atau menanggung malu. Prinsip lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup menanggung malu, bagi orang Jepang sungguh-sungguh dilakukan. Bagi mereka, tidak ada gunanya lagi melanjutkan hidup bila sudah kehilangan kehormatan. Oleh karena itulah di Jepang, tradisi harakiri bukan sesuatu yang tabu.
Sepuku biasanya dilakukan dengan upacara yang rumit. Orang yang hendak bunuh diri mandi dulu bersih-bersih, lantas pakai pakaian putih-putih, makan dulu, baru sesudahnya siap-siap untuk tusuk dan iris dimulai. Duduk diam dengan Tanto diletakkan di depannya. Menulis puisi terlebih dahulu. Selesai, baru itu Tanto diambil lantas ditusukan ke perut agak ke kiri lantas Tanto digeser ke kanan, yang terakhir ke atas sedikit,agar isi perutnya keluar. Selesai, baru sekarang giliran Kaishakunin beraksi menyabet lehernya. Tanto bekas pakai tadi lalu diletakkan di piring bekas makan tadi.
Ritual yang telah membudaya di Jepang ini dianggap sesuatu yang sah. Namun seppuku juga dianggap sebuah kekerasan karena setiapkali ada orang atau warga Jepang yang melakukan salah, maka ia akan berorientasi untuk bunuh diri, seperti dipaksa oleh keadaan sekitar.
Harakiri sebenarnya sudah resmi dihapuskan pada tahun 1873, segera setelah restorasi Meiji, tetapi Seppuku secara sukarela belum sepenuhnya mati. Harakiri dimaksudkan untuk memulihkan nama mereka atas kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat.
Dalam tradisi Jepang, harakiri tidak hanya milik para samurai, harakiri dilakukan oleh siapa saja untuk menjaga kehormatan keluarga atau jika seseorang telah merasa tidak kuasa untuk menanggung beban hidup atau menanggung malu. Prinsip lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup menanggung malu, bagi orang Jepang sungguh-sungguh dilakukan. Bagi mereka, tidak ada gunanya lagi melanjutkan hidup bila sudah kehilangan kehormatan. Oleh karena itulah di Jepang, tradisi harakiri bukan sesuatu yang tabu.
Sepuku biasanya dilakukan dengan upacara yang rumit. Orang yang hendak bunuh diri mandi dulu bersih-bersih, lantas pakai pakaian putih-putih, makan dulu, baru sesudahnya siap-siap untuk tusuk dan iris dimulai. Duduk diam dengan Tanto diletakkan di depannya. Menulis puisi terlebih dahulu. Selesai, baru itu Tanto diambil lantas ditusukan ke perut agak ke kiri lantas Tanto digeser ke kanan, yang terakhir ke atas sedikit,agar isi perutnya keluar. Selesai, baru sekarang giliran Kaishakunin beraksi menyabet lehernya. Tanto bekas pakai tadi lalu diletakkan di piring bekas makan tadi.
Ritual yang telah membudaya di Jepang ini dianggap sesuatu yang sah. Namun seppuku juga dianggap sebuah kekerasan karena setiapkali ada orang atau warga Jepang yang melakukan salah, maka ia akan berorientasi untuk bunuh diri, seperti dipaksa oleh keadaan sekitar.