Kurangnya Perhatian Sarana & Prasarana Pendidikan Indonesia
oleh : Siti Nur Azzura
Pendidikan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut tidak luput dari peran sarana dan prasarana pendidikan yang menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar. Namun kurangnya sarana maupun prasarana pendidikan di Indonesia, khususnya di Jakarta, dapat menghambat pelaksanaan proses belajar tersebut.
Dukungan dari terpenuhinya sarana dan prasarana merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pendidikan. Seperti pemenuhan infrastruktur sekolah yang nantinya akan berpengaruh pada kelancaran proses belajar mengajar. Dengan bantuan berupa Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) setiap sekolah bisa memenuhi hal tersebut.
Bantuan tersebut berbeda-beda setiap tahunnya sesuai dengan program. Untuk tahun ini, bantuan APBN yang diberikan berupa uang tunai yang spesifikasinya akan diatur oleh Dinas Pendidikan Nasional.
Namun bantuan tersebut tidak selalu diberikan kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan. “Sekolah di Jakarta sangat banyak, sementara dana yang ada terbatas dan tidak semua bisa diberikan. Sementara itu bantuan yang diberikan harus sama rata,” ungkap Wawan Ridwan (40), Staf Subdit Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Nasional. Bantuan Anggaran Pembangunan Belanja Daerah juga hanya diberikan kepada empat hingga lima sekolah.
Setiap sekolah yang direkomendasikan harus diseleksi berdasarkan kapasitas dan batasan-batasan. Seperti jumlah murid, Ruang Kelas Belajar (RKB), penyediaan lahan, listrik, dan sebagainya. Sehingga pemenuhan bantuan tersebut diberikan bagi sekolah yang paling membutuhkan.
Hal ini menyebabkan banyak sekolah yang masih kurang terpenuhi sarana dan prasarananya. Seperti di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pisangan Baru 13 Pagi Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Kurangnya jumlah buku di perpustakaan membuat siswa kurang berminat untuk membaca disana. Sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang ada juga kurang memadai.
“Jika ada kerusakan ringan, langsung diatasi dengan menggunakan bantuan dari BGP. Tapi untuk kerusakan berat, harus mengajukan proposal dulu ke Dinas Pendidikan,” ungkap Suharni, Kepala Sekolah SDN Pisangan Baru 13 Pagi. Namun tidak ada keluhan dari orangtua siswa dalam menanggapi hal ini. Meskipun jumlah guru masih kurang dalam matapelajaran Agama Non Islam.
Sebagian lapangan sudah diberi bata, sedangkan sebagiannya lagi masih berupa tanah, sehingga memungkinkan terjadinya banjir tiap kali hujan lebat. Tentunya hal ini dapat mengganggu kenyamanan siswa saat belajar.
Disamping itu, banyak pula Sekolah Dasar Negeri yang sudah mencukupi sarana maupun prasarananya. Seperti SDN Utan Kayu Selatan 13 Pagi, Jakarta Timur. Dengan tingkatan Sekolah Standar Nasional (SSN), sekolah ini sudah mampu mencukupi sarana dan prasarana pendidikannya. Dari lapangan, ruang kelas, perpustakaan, hingga bangunan yang utuh dan terawat.
Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah akan memengaruhi efektifitas proses belajar mengajar di sekolah. Dengan begitu ilmu yang dipelajari oleh siswa akan mudah diserap dengan baik hingga nantinya akan mereka bawa ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Dukungan dari terpenuhinya sarana dan prasarana merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pendidikan. Seperti pemenuhan infrastruktur sekolah yang nantinya akan berpengaruh pada kelancaran proses belajar mengajar. Dengan bantuan berupa Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) setiap sekolah bisa memenuhi hal tersebut.
Bantuan tersebut berbeda-beda setiap tahunnya sesuai dengan program. Untuk tahun ini, bantuan APBN yang diberikan berupa uang tunai yang spesifikasinya akan diatur oleh Dinas Pendidikan Nasional.
Namun bantuan tersebut tidak selalu diberikan kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan. “Sekolah di Jakarta sangat banyak, sementara dana yang ada terbatas dan tidak semua bisa diberikan. Sementara itu bantuan yang diberikan harus sama rata,” ungkap Wawan Ridwan (40), Staf Subdit Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Nasional. Bantuan Anggaran Pembangunan Belanja Daerah juga hanya diberikan kepada empat hingga lima sekolah.
Setiap sekolah yang direkomendasikan harus diseleksi berdasarkan kapasitas dan batasan-batasan. Seperti jumlah murid, Ruang Kelas Belajar (RKB), penyediaan lahan, listrik, dan sebagainya. Sehingga pemenuhan bantuan tersebut diberikan bagi sekolah yang paling membutuhkan.
Hal ini menyebabkan banyak sekolah yang masih kurang terpenuhi sarana dan prasarananya. Seperti di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pisangan Baru 13 Pagi Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Kurangnya jumlah buku di perpustakaan membuat siswa kurang berminat untuk membaca disana. Sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang ada juga kurang memadai.
“Jika ada kerusakan ringan, langsung diatasi dengan menggunakan bantuan dari BGP. Tapi untuk kerusakan berat, harus mengajukan proposal dulu ke Dinas Pendidikan,” ungkap Suharni, Kepala Sekolah SDN Pisangan Baru 13 Pagi. Namun tidak ada keluhan dari orangtua siswa dalam menanggapi hal ini. Meskipun jumlah guru masih kurang dalam matapelajaran Agama Non Islam.
Sebagian lapangan sudah diberi bata, sedangkan sebagiannya lagi masih berupa tanah, sehingga memungkinkan terjadinya banjir tiap kali hujan lebat. Tentunya hal ini dapat mengganggu kenyamanan siswa saat belajar.
Disamping itu, banyak pula Sekolah Dasar Negeri yang sudah mencukupi sarana maupun prasarananya. Seperti SDN Utan Kayu Selatan 13 Pagi, Jakarta Timur. Dengan tingkatan Sekolah Standar Nasional (SSN), sekolah ini sudah mampu mencukupi sarana dan prasarana pendidikannya. Dari lapangan, ruang kelas, perpustakaan, hingga bangunan yang utuh dan terawat.
Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah akan memengaruhi efektifitas proses belajar mengajar di sekolah. Dengan begitu ilmu yang dipelajari oleh siswa akan mudah diserap dengan baik hingga nantinya akan mereka bawa ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.