Berbondong-bondong Membangun Bank Sampah
oleh : Tari Oktaviani
Sampah sudah bukan menjadi barang
yang tak bernilai lagi saat ini. Pasalnya banyak warga di Indonesia yang sudah
memiliki bank sampah sendiri dan menyulapnya menjadi barang yang bernilai. Warga
RW 03 Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan contohnya.
Warga RW 03 Rawajati ini mengumpulkan sedikit demi sedikit sampah-sampah yang ada di rumahnya, dan kemudian di daur ulang. "Awalnya, tahun 2001, inisiatif warga ingin mengolah sampah rumah tangga dan menghijaukan Rawajati yang saat itu masih gersang, yang tumbuh hanya alang-alang" ujar Awarsono, pengurus bank sampah dan Ketua Kampung Agro Wisata Rawajati, Sabtu (28/7/2012). Dia mengatakan, warga kemudian sepakat menanam enam pohon di setiap rumah. Untuk pupuknya, mereka mengolah sampah dari warga jadi pupuk kompos. "Maka dibangunlah bank sampah, hasilnya kami jual ke warga lagi," terang Warsono.
Caranya sederhana, warga memisahkan antara sampah organik dan anorganik, lalu dikumpulkan di bank sampah yang berada tak jauh dari rumah warga. Pengurus bank sampah yang terdiri dari Tim PKK dan Pengurus RW akan mengolah sampah organik menjadi pukuk kompos, sedangkan sampah anorganik dikumpulkan lalu dijual.
Setiap warga memiliki buku tabungan sampah kering (Tasake) di Bank Sampah. Setiap sampah kering yang dibawa warga akan dihitung lalu dibayar pada akhir bulan setelah sampah laku terjual. Dengan adanya bank sampah selain dapat mengurangi volume sampah di Jakarta, juga dapat menimbulkan nilai ekonomis untuk warga. (rie)
Warga RW 03 Rawajati ini mengumpulkan sedikit demi sedikit sampah-sampah yang ada di rumahnya, dan kemudian di daur ulang. "Awalnya, tahun 2001, inisiatif warga ingin mengolah sampah rumah tangga dan menghijaukan Rawajati yang saat itu masih gersang, yang tumbuh hanya alang-alang" ujar Awarsono, pengurus bank sampah dan Ketua Kampung Agro Wisata Rawajati, Sabtu (28/7/2012). Dia mengatakan, warga kemudian sepakat menanam enam pohon di setiap rumah. Untuk pupuknya, mereka mengolah sampah dari warga jadi pupuk kompos. "Maka dibangunlah bank sampah, hasilnya kami jual ke warga lagi," terang Warsono.
Caranya sederhana, warga memisahkan antara sampah organik dan anorganik, lalu dikumpulkan di bank sampah yang berada tak jauh dari rumah warga. Pengurus bank sampah yang terdiri dari Tim PKK dan Pengurus RW akan mengolah sampah organik menjadi pukuk kompos, sedangkan sampah anorganik dikumpulkan lalu dijual.
Setiap warga memiliki buku tabungan sampah kering (Tasake) di Bank Sampah. Setiap sampah kering yang dibawa warga akan dihitung lalu dibayar pada akhir bulan setelah sampah laku terjual. Dengan adanya bank sampah selain dapat mengurangi volume sampah di Jakarta, juga dapat menimbulkan nilai ekonomis untuk warga. (rie)